Minggu, 31 Januari 2010

Bupati Lampung Timur H. Satono, SH, SP

Sosok Bupati Lampung Timur H. Satono, SH,. SP, diakui banyak kalangan di Provinsi Lampung-bahkan nasional-sebagai tokoh istimewa. Melalui Talentanya yang kompleks baik selaku seniman, budayawan, tokoh intelektual yang handal, maupun sebagai seorang dai (pendakwah), lelaki kelahiran Pekalongan, 8 Juli 1953 ini berhasil memimpin Lampung Timur, sehingga terjadi percepatan pembangunan pada segala sektor.

Salah satu indikator keberhasilannya adalah terjadi peningkatan APBD yang sangat besar. Tahun 2006 saja misalnya, APBD Lamtim hanya Rp 409 Miliar dan menempati urutan ke-7 dari 10 kabupaten/kota se-Lampung. Tahun 2007 APBD Lamtim melonjak mencapai Rp. 730 Miliar dan menempati urutan 3 di seluruh Lampung. Yang paling spektakuler lagi, untuk tahun 2008 ini APBD Lamtim merupakan yang terbesar se-Provinsi Lampung, nilainya mencapai Rp.853 Miliar.

Menurut H. Satono, peningkatan APBD setiap tahunnya itu disertai pula peningkatan dan percepatan pembanguan di semua sektor, baik pembanguan fisik seperti jalan dan jembatan, maupun di sektor ekonomi, pemberdayaan masyarakat, pendidikan, hingga di bidang sosial dan keagamaan .

Melalui anggaran APBD yang mencapai Rp.800-an miliar lebih itu, H. Satono mengungkapkan, 70% dari anggaran tersebut digunakan untuk pembangunan infrastruktur serta pelayanan publik di pedesaan, karena memang sekitar 80% masyarakat Lampung Timur tinggal di daerah pedesaan dengan mata pencaharian sebagai petani. Hanya 30% saja yang digunkakan untuk administrasi dan kesekretariatan kabupaten.

�Sebagai pengelola anggaran daerah yang diberikan wewenang oleh UU Otonomi Daerah No.32/2004 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah, maka pembangunan yang kami utamakan adalah pembangunan daerah pedesaan, 70% diperuntukkan bagi pembangunan pedesaan, 30 % untuk operasional yang ada di pemkab. Pembangunan itu meliputi fisik, mental spiritual, bantuan sosial baik untuk lembaga agama�untuk iman dan takwa, yang pada gilirannya pembangunan bidang spiritual betul terlaksana, sehingga pembangunan itu bisa terlihat secara nyata hingga ke desa di seluruh Kabupaten Lamtim,� tegas H. Satono.

H. Satono yakin, hanya melalui mekanisme penggunaan anggaran seperti itulah Visinya selaku Kepala Daerah Kabupaten Lampung Timur Periode 2005-2010 bisa tercapai, yakni terciptanya kehidupan masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan dasar (Basic Need), memeiliki daya saing yang tinggi di bidang ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Taka butuh waktu lama bagi mantan Sekdakab Lampung Timur ini membuktikan ikrarnya, hanya berselang dua setengah tahun kepemimpinannya selaku Bupati Lampung Timur, pelbagai pencapaian (achievement) pun direngkuhnya. Pembangunan dan kemajuan yang dicapai bisa dilhat secara visual nyata dibandingkan sebelum ia menjadi bupati.

Bukti nyata keseriusan Pemkab Lamtim membangun pedesaan dari hal anggaran saja sudah terlihat jelas, melalui bantuan stimulant untuk tiap-tiap desa adalah senilai Rp. 100�125` juta yang murni diperuntukkan pembanguan jalan di setiap desa. Ini merupakan bantuan tertinggi untuk kabupaten/kota se-Indonesia, hanya bisa disaingi Boyolali (Jateng) di urutan dua, serta Kabupaten Bandung di posisi ke-3.

Tahun 2008 diluncurkan program Gerakan Membangung Lampung Timur (Gema Melati) yang nilainya mencapai Rp.300 juta juga difokuskan untuk pembanguan jalan. Program tersebut memberikan impac yang luas bagi akses perekonomian pedesaan. Praktis bisa dikatakan sudah tidak ada lagi satu desa pun di Lampung Timur yang terisolir.

Seiring dengan itu pula, pembangunan sektor pelayan publik juga menjadi prioritas utamanya baik ditingkat desa maupun kecamatan, mulai dari sekolah, puskesdes, hingga puskesmas. Bahkan demi terciptanya keamanan dan kenyamanan masyarakat, Pemkab Lamtim memberikan kontribusi yang cukup memadai bagi pembangunan Polsek di 24 kecamatan se-Lampung Timur.

Pada sektor pertanian juga mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Wajar saja, background pendidikan dan pengalaman kerjanya di sektor pertanian selama lebih dari tiga dekade, membuat dia paham betul bagaimana membenahi dan meningkatkan potensi pertanian Lampung Timur.

Dalam hal pangan, Lampung Timur dikenal sebagai penyangga atau lumbung pangan di Provinsi Lampung. Bahkan tiga produk pertanian Lampung Timur, yakni : Ubi kayu, jagung dan kakao (coklat) tak hanya menjadi primadona, namun juga berhasil menjadi komoditas eksport.

Satu lagi terobosan spektakuler baru yang digagas H. Satono, mulai Januari 2009 mendatang masyarakat Lampung Timur akan menikmati kado istimewa, yakni,: Pertama, program bebas KTP/KK. Kedua, pembebasan biaya sekolah mulai tingkat SD hingga SLTA. Ketiga, Subsidi benih unggul padi dan jagung. Keempat, Tambahan insentif perangkat desa, BPD dan Kadus, para guru, PPL Pertanian dan paramedis tertentu.

Menanggapi apa yang dicapainya itu, dengan merendah ia menjawab bahwa sebagai pemimpin sudah menjadi kewajibannya memberikan yang terbaik bagi rakyatnya. "Memimpin adalah mengayomi dan melayani setulus hati'', ungkap suami Hj. Rice Megawati Satono ini dengan ramah.

Terlebih lagi menurutnya Al-Qur�an juga dengan jelas memberikan tuntunan. Ia juga mengutif salah satu ayat dalam Al Quran yang menyebutkan bahwa, barang siapa yang diserahi tugas untuk mengurusi orang banyak dan melakukannya dengan baik, maka Allah juga akan memelihara orang itu. Sebaliknya, jika dalam mengurusi orang banyak itu ia merusak atau membawa orang-orang pada hal-hal jelek, maka dengan sendirinya pemimpin itu akan menerima ganjarannya.

Kiprah di dunia Seni, Budaya dan Agama

H. Satono juga dikenal sebagai pemimpin yang peduli terhadap kebudayaan. Bahkan diantara sedikit pejabat yang menggeluti dunia seni, H. Satono tergolong serba bisa (far-excellent). Sebut saja, selain sebagai Ki. Dalang, dia juga dikenal sebagai penulis lagu, penyanyi, music arranger, hingga sebagai aktor (sinetron dan film) yang potensial.

Bila ditelisik dari art portfolio-nya, khususnya ranah pewayangan, jauh sebelum menjabat bupati H. Satono telah menjadi Ki Dalang yang handal.. Sudah ratusan kali pagelaran wayang kulit yang dipentaskannya. Semenjak menjabat Sekdakab Lampung Timur hingga kini tiga tahun kepemimpinannya selaku bupati Lamtim, boleh dikatakan hampir semua desa di Lampung Timur telah �nanggap� Ki Dalang H. Satono.

Methode H. Satono yang menyambingi dan berkomunikasi dengan rakyatnya sembari ngedalang, dinilai merupakan pendekatan (approach) yang pas dengan culture masyarakt Lampung Timur yang notabene mayoritas suku jawa. Di satu sisi masyarakat terhibur mendapat pertunjukan wayang gratis, maklum saja untuk nanggap Ki. Dalang butuh biaya jutaan, bahkan untuk kategori Ki. Dalang kondang sekelas Ki. Dalang H. Satono bisa membutuhkan biaya puluhan juta.

Sementara pada dimensi lainnya, melalui ngedalang mempermudah bagi H. Satono menyampaikan kebijakan (policy) maupun program kerjanya selaku bupati. Boleh dikatakan melalui ngedalang H. Satono bisa secara ajeg dan natural berkomunikasi dengan rakyatnya. Di saat pagelaran wayang kulit-lah H. Satono lebih leluasa berinteraksi dengan rakyatnya, karena masyarakatnya tidak perlu melewati aturan protokoler yang ribet (ketat) untuk berkomunikasi dengan bupatinya.

Itulah sebabnya beberapa program unggulan yang berorientasi pada peningkatan dan upaya memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) bagi seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Lampung Timur bisa selalu dipantaunya.

Penetrasi H. Satono di cakrawala pewayangan ini, tak hanya terbatas di Lampung Timur semata. Atas dedikasinya yang tinggi itu, dia dipercaya mengemban amanah sebagai Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Provinsi Lampung. Pelbagai terobosan dan pembenahan telah dilakukannya untuk menggairahkan dunia pewayangan di Lampung. Konsep awalnya adalah bagaimana memperkenalkan pada generasi muda agar menganal dan memahami wayang kulit sebagai budaya adhi luhung Indonesia.

Dalam konteks ini, beberapa pemikiran brilian H. Satono menjadi pencerahan (enlightment) bagi banyak kalangan. Beberapa saat lalu, saat Pelantikan Kepengurusan Pepadi Cabang Kota Metro, usulannya agar Pepadi Metro mensinergikan programnya dengan blue print Kota Metro sebagai kota Pendidikan. H. Satono menganjurkan agar Pepadi Metro merancang program sosialisasi wayang kulit ke sekolah-sekolah dengan format yang disesuaikan dengan karakter pelajar. Wacana yang digulirkan Satono kala itu mendapat sambutan positif dari Wali Kota Metro, H. Lukman Hakim.

Yang terbaru, langkah spektakuler yang dilakukan Ki. Dalang H. Satono adalah baru-baru ini meluncurkan �Wah-Yang Trendy�. Merupakan pertunjukan wayang koloborasi wayang kulit dan wayang golek yang dimainkan satu panggung oleh H. Satono. Boleh dikatakan, Wah Yang Trendy merupakan terobosan pertama di dunia pewayangan Indonesia. Atas prestasinya itu, banyak kalangan yang menyatakan Ki. Dalang Asep H. Satono layak dianugerahi rekor MURI.

Tidak hanya wayang semata yang digeluti H. Satono. Masih dalam ranah seni karawitan, H. Satono membuat gebrakan lainnya, meluncurkan album perdananya Album SAE. Album ini punya karakter tersendiri. Setidaknya mengemban dua misi.

Pertama, menjadi media promosi memperkenalkan Kabupaten Lampung Timur yang memiliki potensi, khsusnya Way Kambas sebagai asset nasional. Kedua, Album SAE sekaligus menjadi media memperkenalkan Wayang Kulit ke pelbagai kalangan, khususnya generasi muda.

Sebagai catatan, Album SAE ini sukses menuai sukses. Indikatornya jelas, tiga bulan pertama sejak grand launching Album SAE, medio Agustus tahun lalu, Album yang semua lagu merupakan ciptaan H. Satono sendiri itu, mapu menempati top ten lagu terpopuler di berbagai radio seantero Lampung. Bahkan hingga kini, beberapa lagu unggulan dari Album SAE ini seperti, Gajah Lampung, dan Nonton Wayang masih sering direquest para pecinta lagu campur sari.

Istimewanya lagi para penggiat, pencipta lagu, dan penyanyi campur sari nasional seperti Dedi Kempot dan rekan-rekannya mendaulat H. Satono menjadi Ketua Paguyuban Campur Sari Seluruh Indonesia (Pancasindo). Pengukuhan dan pelantikkannya sendiri dilakukan oleh Ketua DPR RI HR. Agung Laksono di Sasono Langenbudhoyo Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, akhr tahun lalu.

Tak hanya sampai di situ, kapasitas H. Satono selaku tokoh budaya kembali melambung saat dia menggagas lahirnya Paguyuban Masyarakat Pecinta Seni Baca Al-Qur�an (PMPSBQ) Provinsi Lampung sekitar agustus 2007 lalu. Tak sebatas sebagai founding father bagi PMPSBQ, dia pun didaulat menjadi ketuanya.

Kelahiran PMPSBQ Provinsi Lampung membuka cakrawala pemikiran bagi masyarakat, khususnya para ulama, umaro, dan kaum cendikiawan. Pasalnya, degradasi moral yang kian lama mengikis dan menjalar serta mengancam hampir semua generasi muda Lampung diyakini H. Satono adalah akibat dari lemahnya pemahaman dan perhatian masyarakat, khususnya para orang tua terhadap pendidikan Al-Qur�an bagi anak-anak mereka.

Hasil Survey dari Kanwil Depag menjadi indikatornya. Research itu menemukan hampir 90% pelajar SLTA se-Provinsi Lampung ternyata buta aksara Al-Quran. Penemuan ini menjadi ironi bagi kita selaku wilayah yang mayoritas penduduknya muslim. �Bila kita tidak memulai memperbaiki moral generasi muda kita, dimasa mendatang saya yakin generasi muda Lampung rapuh moralnya, akibatnya tidak bisa berkompetisi. Melalui PMPSBQ ini kita mulai memperbaiki moral dan menyaipkan masa depan generasi penerus kita, tegas H. Satono.

Bagi H. Satono deklarasi PSPMBQ Provinsi Lampung tak hanya seremoni saja. Programnya pun sangat jelas dan visible untuk diaplikasikan. Hanya saja perlu bantuan sepenuhnya dari seluruh Pemkab/Pemkot se-Provinsi Lampung. Gayungpun bersambut, Dikukuhkannya PMPSBQ di beberapa kabupatgen/kota se-Provinsi Lampung, yang difasilitasi Pemkab/Pemkot setempat, menunjukkan program tersebut mendapat apresiasi dan dukungan yang memadai.

Sebagai pilot project-nya, H. Satono mengusung dan memperkenalkan program tersebut di Lampung Timur. Sejak tahun lalu, di seluruh SD dimasukkan pelajaran Iqro� sebagai muatan lokal dalam kurikulim ekstrakurikuler. Begitu pula siswa SMP diberikan pelajaran Tajwid. Nantinya setelah di SLTA mereka memiliki acuan untuk memahami Al-Quran.

Dari Leadership Award, Tjindarboemi hingga Penghargaan dari SIWO PWI

Atas dedikasinya yang tinggi di dunia seni, budaya dan agama ini, H. Satono dianugerahi penghargaan Tjindarboemi, yang merupakan sebuah penghargaan tertinggi dari PWI Cabang Lampung. Hal ini menandai untuk kesekian kalinya pula Bupati Lampung Timur itu menerima penghargaan bergengsi.

PWI punya kriteria tersendiri memilih H. Satono sebagai tokoh budaya yang layak menerima Tjindarboemi. Pertimbangan PWI Cabang Lampung menganugerahi Penghargaan Tjindarboemi kepada H. Satono, karena dinilai H. Satono selain dikenal sebagai Bupati Lamtim yang sukses menghantarkan Lampung Timur terdepan dalam berbagai bidang pembangunan, dia juga dikenal luas masyarakat Lampung sebagai tokoh budaya terkemuka di Lampung.

Berbicara soal penghargaan, tak hanya Tjindarboemi semata yang pernah direngkuh H. Satono. Beberapa penghargaan lainnya menjadi catatan penting yang tak bisa diabaikan dalam treck record lelaki yang hobby berkebun ini. Sebut saja Penghargaan Rakyat Lampung Award selaku tokoh yang konsen di dunia seni.

Yang paling prestesius bagi bupati pertama yang terpilih melalui Pilkada secara langsung di Lampung Timur itu, adalah saat ia dianegerahi Leadership Award 2006. Forum Leadership Award merupakan forum bergengsi di bidang kepemimpinan di Indonesia dan saat itu dari 449 kabupaten/kota yang ada di Indonesia hanya 15 orang bupati/walikota yang terpilih masuk nominasi Leadership Award.

Satono dinilai unggul karena memaparkan program pengentasan kemiskinan. Dengan memberikan solusi bahwa permasalahan kemiskinan akan dapat teratasi secara cepat apabila pemerintah pusat dan daerah memiliki komiten yang sinergi untuk mengatasinya.

Point utama yang melambungkan Satono unggul dari kandidat lainnya karena program pembangaunan "Catur Tertip" yang diusungnya. Konsistensi pelaksaanaan Catur Tertib ini diyakini mampu mengelaminir beberapa penyimpangan yang mungkin terjadi dalam pelaksaan tugas.

Bahkan poin ke empat, yakni penegakan disiplin dan kinerja aparatur dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi sebaga upaya untuk memberikan pelayanan yang murah, mudah, dan cepat serta berpihak pada kepentingan public.

Terpilihnya H. Satono memenangkan Leadership Award 2006 dipandang tepat, mengingat kesuksesannya merintis sebagai pejabat karier yang dirintisnya mulai dari golongan II (pengatur) hingga meraih jabatan tertinggi di PNS selakku Sekdakab Lampung Timur, dengan pangkat IV/d (Pembina Utama Madya) sejak tahun 2000, hingga kemudian terpilih menjadi Bupati Lampung Timur yang dilantik pada tanggal 1 September 2006.

Selaku bupati Lampung Timur ia konsisten terhadap jajarannya untuk menciptakan clean and good governance, sehingga visinya tercapai, yakni �Terciptanya kehidupan masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan dasar (Basic Needs) bagi seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Lampung Timur, serta memiliki daya saing yang tinggi di bidang ekonomi, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi�.

Terakhir baru-baru ini H. Satono, menerima penghargaan sebagai Pembina Olah Raga Teladan dari Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) se-Indonesia yang diserahkan oleh Ketua PWI Lampung A. Rio Teguh, saat penutupan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) SIWO PWI, di Restoran dan Hotel Bukit Randu, Bandar Lampung, Sabtu (7/6) lalu.

Penghargaan yang dianugerahkan kepada H. Satono merupakan bentuk apresiasi dan penghormatan SIWO PWI Lampung atas dedikasi bupati Lamtim itu mendukung serta memajukan olah raga di Lampung Timur.

Bagi H. Satono, apapun bentuk penghargaan yang dianugerahkan padanya, karakternya yang bersahaja tetap melekat dalam kesehariannya. Baginya penghargaan bukan tujuan, karena apapun yang dilakukannya adalah murni pengabdian. (Lovea)


H. SATONO, SH., SP.

Tempat / Tgl. Lahir : Pekalongan, 8 Juli 1953

Agama : Islam

Jabatan : Bupati Lampung Timur

Pengalaman Pekerjaan :

1. Dinas Perkebunan Lampung Tengah (1972-1982)

2. Kasubag Kepegawaian Disbun Lampung (1982-1991)

3. Kabag Tata Usaha Disbun Lampung (1992-1995)

4. Kasubdin RPP Disbun Lampung (1995-1997)

5. Kepala Dinas Perkebunan Lampung Utara (1997-2000)

6. Sekretaris Daerah Kabupaten Lampung Timur (2001-2005)

Pendidikan Formal :

1. S I Jurusan Hukum Perdata FH Unila (1981)

2. S I Pertanian STIPER Surya Dharma (1995)

Diklat / Pelatihan :

1. Penataran Pratun tahun 1991

2. SEPADYA tahun 1992

3. Penataran Bela Negara tahun 1993

4. Budaya Kerja tahun 1994

Pengalaman Organisasi :

1. Pengurus AMPI Lampung Tengah (1982)

2. Sekretaris Korpri Disbun Lampung (1985-1995)

3. Ketua Umum Korpri Lampung Timur (2001- 2006)

4. Ketua Pepadi Provinsi Lampung (2006 - Sekarang)

5. Ketua Partai Golkar DPD II Lamtim (2006 - Sekarang)

6. Ketua PANCASINDO Pusat (2007 - Sekarang)

7. Ketua PMPSBQ Provinsi lampung (2007 -Sekarang)

8. Ketua Dewan Komisaris FKDPM (2007 - Sekarang)

Penghargaan :

* Satya Lencana Karya Satya XXX tahun 2002 dari Presiden RI
* Rakyat Lampung Award tahun 2006
* Leadership Award tahun 2006
* Tjindarboemi Award tahun 2008
* Penghargaan dari SIWO PWI tahun 2008

Nama Isteri : Rice Megawati

Nama Anak : 1. Risano Awaludin Wiryawan, SP,

2. Doni Mahesa Praja, SH,

3. dr. Fiki Fernandes
ARTI LAMBANG DAERAH
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Perisai Bersegi Lima


:


Keberanian dan ketangguhan / kokoh mempertahankan nilai prinsip / filosofi, citra, identitas, dan kehormatan;

Warna Putih


:


Warna putih diantara garis hitam membentuk batas pinggir perisai mempunyai makna dua sisi kehidupan, dunia dan akhirat yang sejajar;

Tulisan Lampung Timur


:


Warna putih dengan warna dasar merah, bermakna bahwa masyarakat Lampung Timur selalu berani membela kebenaran guna tercapainya kehidupan yang suci;

Warna hijau terang bermakna kemakmuran;

Warna kuning, bermakna keagungan;

Warna hitam, bermakna tanah yang subur dan kokoh.

Apabila warna-warna itu di satukan akan menggambarkan bahwa daerah Lampung Timur memiliki tanah yang subur untuk di tanami berbagai tanaman yang dapat menciptakan kemakmuran demi tercapainya perekonomian yang agung;

Payung Agung


:


Payung agung warna putih menancap hinggan keatas permukaan laut bermakna bahwa seluruh kehidupan selalu di payungi, diayomi dan di lindungi dari segala macam bentuk kezaliman dan kebatilan;

Berisi 5 (lima), lima sila dari Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia dan lima nilai /filosofi adapt masyarakat Lampung Timur yakni Fiil Pasenggiri, Bejulik beadek nemui nyimah, Nengah nyapur, dan Sakai sambayan.

17 (Tujuh belas) merukan tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia;

Kopiah Emas


:


Merupakan pakaian kebesaran anak-anak raja di Lampung Timur;

2 (Dua) Senjata Punduk


:


2(dua) senjata Punduk bersarung warna coklat yang berada di belakang kopiah emas dengan posisi bersilang dan gagang punduk berada di atas merupakan senjata pusaka masyarakat Lampung timur yang cinta perdamaian;

Pepadum 2 (dua) Tatah


:


Pepadum warna coklat2 (dua) tatah dengan kaki berbentuk seni kaki harimau merupakan tempat duduk Raja untuk musyawarah;

Air Berwarna Biru Laut


:


Air biru laut dengan 5 gelombang ;

air biru laut melambangkan wilayah laut yang luas dan kaya sebagai sumber kesejahteraan bersama.

5 (lima) gelombang melmbangkan lima aliaran sungai besar yang mengaliri Wilayah lampung Timur yakni Way Sekampung, Way Batang Hari, Way Pegaduangan, Way curup, dan Way Jepara;

Roda Besi 5 (lima) Gerigi


:


Bermakna bahwa masyarakat Lampung Timur selalu siap membangun daerah dengan ilmu, Teknologi dan Industri yang tetap dalam koridor – koridor Pancasila;

Aksara Lampung Timur


:


Berbunyi BUMEI TUAH BEPADAN ditonjolkan sebagai pelambang kekayaan budaya Lampung sekaligus tekad terus dilestarikan dan di kembangkan;

Setangkai Padi


:


Setangkai padi kuning emas, berjumlah 45 butir, lambag tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia;

Setangkai Lada


:


Setangkai Lada dengan 9 Tangkai lada merah matang, masing-masing tangkai dengan 9 butir lada, serta 27 daun yang terbagi dalam 4 kelompok daun, melambangkan kelahiran Kabupaten Lampung Timur Tanggal 27 April 1999;

Tali Delapan Ikat


:


Jumlah 8 merupakan lambing bukan Agustus sebagai bulan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia;

Pita Putih Teks Huruf Latin


:


Seloka “ BUMEI TUAH BEPADAN “ berarti :

Daearah Lampung Timur merukan daerah yang selau menberikan kemakmuran bagi masyarakat apabila segala keputusan di ambil melalui cara musyawarah untuk mufakat.

Apabila no 11, 12, dan 13 digabungakan akan mendapatkan makna bahwa daearah Lampung Timur merupakan daerah Lunmbung Pangagn sekaligus daeah penghasil Lada hitam yang di kenal dengan istilah Black Pepper, sedangkan ikatannya menunjukan bahwa kehidupan masyarakat pribumi maupun pendatang hidup dalam suatu ikatan untuk mencapai kemakmuran dan perdamaian.













































Pencarian


Petugas Online
Deni Ardiansyah :
Armansyah :
Eka Wahyu :

Info UKM
Baru Bergabung
Lihat Semua UKM
Bergabung Sekarang

Subdomain

Berita



SUKADANA (MELATI) - Minat petani untuk menanam kelapa sawit di Kabupaten Lampung Timur (Lamtim) semakin meningkat, seperti di Kecamatan Batanghari, Purbolinggo, Raman Utara, Way Jepara dan Marga Tiga, yang luasnya mencapai 1.200 hektare lebih.

"Pada awalnya, petani setempat mengaku kesulitan untuk mendapatkan bibit sawit unggulan, dan harus mendatangkannya dari Kotabumi, Lampung Utara (Lampura), Tulang Bawang, bahkan dari Palembang, dengan jumlah yang sangat terbatas, namun semangat petani yang ingin berkembang maju membuat mereka berusaha membudidayakannya," kata Danuri (73), warga Desa Nampirejo, Kecamatan Batanghari, Lampung Timur, Kamis (21/1).

Dia mengaku pada awalnya dirinya merupakan petani palawija, namun, karena saat mereka bertanam palawija banyak mengalami kendala dan sering gagal panen, membuat sebagian besar lahan pertaniannya ditanami sawit.

"Saya beralih menanam sawit unggulan, karena menanam palawija kurang memuaskan dan susah perawatan malah sering gagal panen," ungkapnya.

Dia menjelaskan, teknik budidaya tanaman bibit sawit tidak terlalu sulit, diantaranya mula-mula mempersiapkan bibit sawit di dalam pot, lalu setelah berumur kurang lebih tiga bulan dan selanjutnya bisa ditanam pada lahan yang sudah disiapkan.

Seorang penjual bibit, Tugiman (55), di Kecamatan Batanghari mengatakan dalam satu tahun dirinya dapat menjual bibit sawit sebanyak 35 ribu batang.

"Biasanya, saya menjual bibit varietas unggul sekitar Rp3.500-Rp4.000 per batang," jelasnya.

Menurutnya, bahkan para pembeli ada yang mengambil sendiri daripada harus diantar karena ingin membeli dalam jumlah besar dan cepat.

Dirinya berharap, harga tandan buah segar (TBS) sawit yang terus meningkat membuat para petani banyak yang membeli bibit sawit.

"Dengan naiknya harga sawit membuat permintaan bibitnya semakin meningkat pula, " tambahnya.

Ditambahkan dia, harga TBS sawit semakin naik, jika sebelumnya antara Rp600/kg-Rp800/kg, dan kini menjadi Rp950/kg. (jul).

Sabtu, 30 Januari 2010


BANDARLAMPUNG - Para pemudik yang menggunakan transportasi kapal dari Merak-Bakauheni sebaiknya berhati-hati. Menteri Perhubungan (Menhub) Jusman Syafii Djamal mengatakan titik kritis pelayanan arus mudik dan balik Lebaran di pintu gerbang Sumatera dari Jawa, adalah di Pelabuhan Bakauheni.

"Kalau melihat pemaparan Dinas Perhubungan Lampung, kesiapan sarana dan prasarana sudah baik untuk melayani pemudik, hanya Bakauheni yang menjadi titik kritis," kata Jusman di Bandarlampung, Senin (22/08)

Terkait tidak adanya "tug boat" (kapal pemadam kebakaran laut) di Bakauheni, ia menjelaskan informasi dari Dirjen Perhubungan Darat, PT ASDP sudah menyewa kapal tersebut dan diletakkan di perairan Wilayah Pelabuhan Bakauheni.

Gubernur Lampung Syamsurya Ryacudu mengatakan persoalan penanganan arus mudik dan balik Lebaran selalu dilakukan setiap tahunnya. "Kita tinggal belajar dari tahun-tahun sebelumnya, mana yang kurang tinggal dibenahi," ujar Syamsurya.

Ia menjelaskan, persiapan sudah dirancang jauh hari, tetapi jika ada satu peristiwa, maka itu diluar tanggungjawab manusia seperti banjir, tanah longsor, dan cuaca kurang mendukung.
Syamsurya juga menyoroti di seputar Pelabuhan Bakauheni tidak tersedia "tug boat fire fighting" padahal keberadaannya sangat dibutuhkan, guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Lebih baik kita mencegah, apalagi Pelabuhan Bakauheni sama posisinya dengan Merak. Jadi perlunya pengamanan di semua lini,"imbuh Syamsurya.

Sementara itu, General Manajer PT Pelindo II Pelabuhan Panjang, Husein Latief menginformasikan bahwa di pelabuhan tersebut ada dua "tug boat". "Sewaktu-waktu bila diperlukan kami siap mengoperasikan ke daerah tujuan," kata Husein./ant/it

MENARA SIGER KEBANGGAAN MASYARAKAT LAMPUNG

by MAJALAH.KOMUNITAS (08/01/2008 - 19:47)

Menara Siger sebagai ikon kebanggaan masyarakat Lampung memang tidak bias di angap enteng, hal ini di sebabkan hingga saat ini Provinsi yang menjadi pintu gerbang Pulau Sumatra dan jawa ini baru memiliki ikon kebanggaan yang berskala nasional.

Sebagai masyarakat lampung, tentu saja keberadaan menara Siger menjadi sangat layak dan mutlak di banggakan, menara Siger sangat berpotensi menjadi asset wisata kelas satu di wilayah lampung untuk menuju Visit Wilayah Lampung kedepan, kebudayaan lampung dan agar di kenal oleh tamu tamu dari manca Negara.

Gubernur Lampung Sjachroedin.ZP pada peresmian menara Siger yang di tandai penekanan sirine dan penanda Tanganan prasasti dan kemudian di ikuti pelepasan merpati yang di saksikan oleh Duta Besar ( DuBes).

Ny.Sjahroedin menggunting rangkaian melati di pintu masuk menara Siger sebagai tanda di buka untuk umum.

Pada peresmian itu Gubernur Lampung mengundang 32 Duta Besar Negara Sahabat di antaranya Negara kroasia,Srilangka,Jepang,Palestina,Afganistan,Singapura,dan Negara Filipina. Dalam pembukaan ituStan yang mengisi seluruh Kabupaten Kota se provinsi Lampung.

Gubernur Lampung meyakini Menara Siger akan mendongkrak pendapatan Asli Daerah ( PAD ), menurut Gubernur Lampung Menara Siger berLokasi persis di ujung Pulau Sumatra yang biasa disebut mulut Naga, sehinga kedepan Menara Siger dapat menarik Wisatawan dari manca Negara, Wisatawan Domestic dapat tertarik untuk dating ke provinsi Lampung… (zul/Perwakilan Prov. Lampung)

wisata gajah di lampung

lambang kota lampung adalah siger yang sekarang telah di abadikan bagunannya di daerah lampung selatan yang di rikrut oleh bupati lampung selatan zulkifli anwar yang di terima oleh gubenur lampung zahruddin zp

September 7, 2008
isbudpar Segera Legalisasi Kebudayaan Lampung

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Lampung segera melegalisasi sejumlah produk budaya daerah itu untuk menghindari adanya klaim dari negara lain di masa mendatang.

"Kami memprioritaskan hal tersebut dan saat ini saya sedang berkoordinasi dengan `stakeholder` terkait sebagai langkah awal," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung M Natsir Ari di Bandarlampung, Rabu.

Menurut dia, upaya tersebut bukan didorong oleh adanya insiden klaim Malaysia terhadap tari pendet baru-baru ini.

"Kami memang sudah merencanakan hal tersebut sejak jauh hari, namun kejadian klaim Malaysia terhadap tari pendet diakui telah mengingatkan kami untuk mempercepat upaya tersebut," kata dia.

Dalam pendataan sementara Disbudpar Lampung, upaya legalisasi pada Lembaga Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) baru dilakukan terhadap produk kerajinan Lampung, seperti tapis dan sulam usus, namun belum terhadap produk seni budaya.

"Sebagian besar produk seni budaya, seperti tari dan sastra lisan Lampung, belum terdaftar di lembaga HAKI, namun untuk berbagai kerajinan sudah dilakukan oleh lembaga terkait," kata dia.

Meski demikian, dia mengakui upaya melegalisasi terhadap berbagai produk seni budaya Lampung tidak mudah, karena sebagian besar tari dan sastra lisan yang ada saat ini sudah menjadi milik masyarakat.

"Hampir semua tarian Lampung diakui sebagai milik masyarakat, sehingga agak sedikit membutuhkan waktu untuk mendata secara detail terhadap unsur-unsur keseniannya," kata dia.

Dia mencontohkan, untuk tari bedana saja, dua suku di Lampung, masing-masing Pepadun dan Sai Batin, memiliki versi sendiri-sendiri, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk langkah legalisasinya, karena harus dilakukan sinkronisasi terlebih dahulu.

"Saya memastikan legalisasi itu menjadi prioritas program kami, sesulit apapun langkahnya," kata dia.

Selain produk seni budaya, Disbudpar Lampung juga memprioritaskan legalisasi terhadap produk pertanian Lampung, seperti kopi dan lada.

(rs/RS/ant)

(foto: virtualtourist.com)